Orang Tua-Orang Tua
Kamis, 26 September 2013
Saya dan beberapa teman berencana untuk
mengunjungi Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) yang berada di
Jakarta Pusat. Agenda kami pada hari itu adalah untuk melakukan asesmen
kebutuhan komunitas, salah satu tahap dalam merancang program intervensi
komunitas–yang menjadi tugas besar dalam mata kuliah Psikologi Klinis
dan Kesehatan yang kami ikuti semester ini. Dan komunitas yang kami
sasar adalah komunitas anak penderita kanker dan orang tuanya.
Kami berkumpul di kampus lalu berangkat
dari Stasiun UI selepas pukul sebelas. Membelah Ibu kota dengan berbagai
moda transportasi di bawah teriknya matahari siang itu. Kami tak
langsung menuju ke lokasi YKAKI dengan rute terdekat dan tersingkat,
tetapi justru menambah jarak tempuh dan durasi perjalanan untuk
mengeksplor wilayah yang kami datangi dan berinteraksi dengan
orang-orang yang kami temui–atau singkatnya, kami sempat tersesat. Namun
hal tersebut tak menjadi masalah yang berarti, toh pada akhirnya kami
berhasil sampai di lokasi tujuan dengan selamat dan mendapatkan sambutan
hangat dari pengurus YKAKI dan kakak relawan.
Sambutan singkat-hangat dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab dengan pengurus. Ada banyak sekali hal menarik
yang kami ketahui dari perbincangan tersebut. Kami juga dibawa
berkeliling di dalam rumah singgah yang merangkap kantor yayasan.
Kebetulan sedang diadakan acara kepedulian oleh sebuah perusahaan,
sehingga kami bisa melihat anak-anak berkumpul di ruang depan sambil
ditemani orang tuanya yang mengawasi sisi lain ruangan.
Anak-anak bermain dengan pengajar sambil menunggu acara dimulai
Kami yang memutuskan untuk melihat acara
itu pun ikut menunggu. Saya duduk di sebuah sofa sambil mengamati
sekeliling. Sesuai dengan pemaparan dari pengurus, anak-anak di sana
relatif ceria. Saat mengalihkan pandangan ke arah orang tua-orang tua
yang berada di sisi kanan ruangan, ingatan tentang judul jurnal-jurnal
penelitian dan pemaparan pengurus barusan mengambang ke permukaan.
Beberapa jurnal penelitian yang kutemui memberi perhatian khusus pada
kondisi psikologis pada orang tua dari anak penderita kanker. Dan
berdasarkan pemaparan dari pengurus, orang tua anak penderita kankerlah
yang justru lebih tertekan secara psikologis dibanding anaknya. Siang
itu, aku melihat gurat senyum bahagia pada wajah orang tua di sana saat
melihat anak-anaknya bermain dan bercanda dengan ceria. Tapi ada hal
berbeda yang aku tangkap dari ekspresi mereka, sesuatu yang tertahan.
Yang membuat senyum mereka tak benar-benar dilepaskan. Kekhawatiran?
Kesedihan? Entahlah. Tapi dengan kondisi seperti itu pun, jelas terlihat
ekspresi rasa sayang terpancar dari wajah mereka meski tampak lelah.
Ibu dan anak
Sabtu, 29 September 2013
Saya kembali menonton film Virgin Suicide
untuk menganalisis gejala psikologis abnormal pada tokoh-tokoh dalam
film tersebut. Ya, hal ini juga terkait dengan tugas kuliah, tepatnya
mata kuliah Psikologi Abnormal. Film tersebut menceritakan tentang lima
remaja bersaudari dari keluarga Lisbon yang memutuskan untuk bunuh diri
sebab tak sanggup menghadapi kekangan ibunya. Ibunya yang merupakan
penganut agama yang kuat mendidik anak-anaknya dengan keras dan sangat
membatasi kebebasan mereka. Walaupun usaha Ny. Lisbon tidak berakhir
baik, hal itu tak bisa dilepaskan dari niat baiknya untuk ‘menjaga’
anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar